- Pengertian
- Etiologi
- Patogenesis
- Klasifikasi Kusta
- TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( – ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
- BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
- Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
- BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( – ).
- LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( – ).
- Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
- Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
- Gambaran Klinis
- Tipe Tuberkoloid ( TT )
- Mengenai kulit dan saraf.
- Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
- Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
- Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.
- Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )
- Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
- Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
- Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
- Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.
- Tipe Mid Borderline ( BB )
- Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
- Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
- Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
- Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
- Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
- Tipe Borderline Lepromatus ( BL )
- Tipe Lepromatosa ( LL )
- Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
- Distribusi lesi khas :
- Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.
- Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
- Stadium lanjutan :
- Penebalan kulit progresif
- Cuping telinga menebal
- Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
- Lebih lanjut
- Deformitas hidung
- Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis
- Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
- Penyakit progresif, makula dan popul baru.
- Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
- Stadium lanjut
- Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
- Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
- Lokasi bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
- Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.
- Sebagian sembuh spontan.
- Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
- Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
- Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
- Lidah : ulkus, nodus
- Larings : suara parau
- Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
- Kelenjar limfe : limfadenitis
- Rambut : alopesia, madarosis
- Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.
- Diagnosa Keperawatan
- Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu
- Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
- Gangguan aktivitas b/d post amputasi
- Resti injuri b/d invasif bakteri
- Intervensi
- Klien dapat menerima perubahan dirinya
- Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)
- Klien tidak merasa malu
- Bantu klien agar realistis, dapat menerima keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.
- Ajarkan pada klien agar dapat selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.
- Anjurkan klien agar lebih mendekatkan pada Tuhan YME.
- Klien merasakan nyeri berkurang di daerah operasi
- Klien tenang
- Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari
- Kaji skala nyeri klien
- Alihkan perhatian klien terhadap nyeri
- Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Awasi keadaan luka operasi
- Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik dan analgetik.
- Klien dapat beraktivitas mandiri
- Klien tidak diam di tempat tidur terus
- Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri
- mengajarkan Range of Motion : terapi latihan post amputasi
- Motivasi klien untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.